·
Warning Gubernur Viktor
·
Jalani Ritual Adat di Kampung Halaman
KUPANG, TIMEX – Hari pertama
menjabat Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat sudah memberi peringatan
keras. Itu disampaikan saat mengikuti proses adat di Desa Otan, Pulau Semau,
Kabupaten Kupang, Kamis (6/9).
Gubernur Viktor didampingi Wagub Josef Nae Soi bersama istri dan anak menggunakan speedboad melalui Pelabuhan Tenau dan tiba di dermaga Onanbatu Haensisi, Pulau Semau sekira pukul 15.00. Ratusan warga menyambut rombongan tersebut dengan tarian Helong dan Basan (tutur adat Helong dan Rote).
Gubernur Viktor didampingi Wagub Josef Nae Soi bersama istri dan anak menggunakan speedboad melalui Pelabuhan Tenau dan tiba di dermaga Onanbatu Haensisi, Pulau Semau sekira pukul 15.00. Ratusan warga menyambut rombongan tersebut dengan tarian Helong dan Basan (tutur adat Helong dan Rote).
Viktor dan keluarga juga mengikuti beberapa ritual adat di kediaman
orangtuanya. Mantan Ketua Fraksi Nasdem DPR RI itu diberi penghormatan sebagai
Ama Lahi (raja) Semau dan istrinya, Julie Laiskodat sebagai Ina Bilahi
(permaisuri). Mereka juga menjalani ritual hiti blingin
(pemberkatan/pendinginan) dari keluarga ina peke atau marga dari ibu yang
melahirkan ayah Viktor, yakni marga Buifena yang diwakili Kepala Marga Buifena,
Simson Luin dan Titus Buifena. Ritual tersebut digelar di kuburan ayah Viktor,
yakni Alm. Lasarus Laiskodat.
Dalam sambutannya di depan belasan ribu warga dan undangan yang hadir,
Viktor Bungtilu Laiskodat menyinggung kinerja birokrasi di pemerintah Provinsi
NTT. Menurut dia, di bawah kepemimpinan dirinya, tidak ada lagi kerja
main-main. Dia ingin menghadirkan pemerintahan yang bersih, berwibawa,
berkarakter dan melayani.
Dia bahkan mengatakan, tidak ada urusan agama dan suku. Kehadirannya dan
Jos Nae Soi adalah untuk mengurus masyarakat yang tidak sempat hidup layak.
“Saya bilang sama Pak Jos dan teman-teman di bawah saya. Di bawah kepemimpinan
saya, tidak ada istri, tidak ada keluarga, tidak ada saudara mau main-main di
kantor provinsi sana,” tandas Viktor dalam acara yang dihadiri pula oleh
ibunya, Orpah Laiskodat-Kase.
Tidak ada lagi mereka yang datang dan menjanjikan jabatan atas nama
keluarga dari gubernur atau wakil gubernur. Karena, seluruh pegawai yang menjabat
akan diputuskan secara profesional. “Jadi jangan jilat-jilat gubernur dan wakil
gubernur. Biasa saja. Muka asam juga sonde apa-apa. Tapi begitu suru kerja,
luar biasa. Dari pada kau hormat sampai ke tanah, suru kerja tidak bisa. Hah,
ini berat. Tidak mungkin dapat apa-apa,” tandas politikus Partai Nasdem itu
lagi.
Dia tegaskan, bukan karakternya untuk dijilat untuk kepentingan jabatan
tertentu. Karena dia inginkan pejabat yang suka membantu, dalam dirinya ada
sebuah kehormatan melayani. “Jadi kalau yang bantu saya nanti, mau jadi kepala
dinas, tidak perlu dekat ibu, dekat anak, orang tua, kakak. Tidak perlu. Urus
secara profesional. Tidak pencuri. Karena tidak setor lagi ke gubernur. Jangan
pikir tidak setor ke gubernur lalu setor ke gubernur dua. Tidak juga,”
sambungnya.
Viktor dan Josef bukan lagi teman baru, namun sudah cukup lama keduanya
telah bekerja sama sejak lama, sehingga sudah saling mengenal. Dalam memimpin
NTT, Jos Nae Soi akan mengurus birokrasi. Sementara Viktor mengaku lebih suka
berada di tengah masyarakat. “Komitmen kami berdua adalah pemerintahan yang
bersih, pemerintahan yang berwibawa, pemerintahan yang berkarakter,
pemerintahan yang melayani. Kami omong ini bukan karena kami baru datang cari
jabatan ini. Jabatan gubernur ini bagi orang lain, top betul. Bagi Viktor
Laiskodat, ini turun pangkat,” paparnya.
Viktor beberapa kali menyapa Sekda NTT, Ben Polo Maing yang duduk di kursi
tamu, beberapa deret di belakang kursi yang ditempati gubernur, wakil gubernur
dan keluarga. Bahkan dengan nada kelakar, Viktor katakan, apa yang dia
bicarakan tersebut agar mulai dicatat oleh sekda. “Di provinsi ini, kalau kerja
main-main, jangan dekat-dekat saya. Omong satu kali, dua kali, tiga kali itu
berarti “berpeluang” itu,” sambungnya.
Dengan tagline “Kita Bangkit Kita Sejahtera”, Viktor ingin daerah ini
berubah. Namun dia kembali ingatkan, perubahan menuju sejahtera itu bukan hanya
datang dari pemimpin. Semua elemen masyarakat harus ikut di dalamnya. “Bangkit
ini, artinya kita semua. Pemimpin mau berubah, rakyat juga mau berubah. Jadi
kalau pemimpin sudah mau berubah, rakyat tidak mau berubah, maka, dulu saya
masih kecil, bapak saya punya ekor pari untuk bukul saya kalau saya kurang
ajar. Jadi mungkin ekor pari itu perlu saya bawa,” singgungnya lagi.
Acara adat di Pulau Semau juga dihadiri
Sekretaris Daerah NTT Ben Polo Maing, sejumlah pimpinan OPD, pengurus parpol
dan tokoh-tokoh adat dan tokoh agama setempat. (cel/sam)
0 komentar:
Speak up your mind
Tell us what you're thinking... !